ILMU PENGETAHUAN
Ilmu (atau ilmu pengetahuan)
adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Pemikiran tentang teori pengetahuan itu disebut “epistemologi”
(epistem = pengetahuan, logos=pembicaraan/ilmu)
Kata ilmu dalam bahasa Arab
"ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan
penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan,
dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan
sebagainya.
Pengertian pengetahuan sebagai
istilah filsafat tidalah sederhana karena macam-macam pandangan teori,
diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan yang dapat diinderai dan
dapat merangsang budi, Menurut Decartes, ilmu pengetahuan merupakan serba budi,
oleh Bacon dan David Home diartikan sebagain pengalaman indera dan batin,
sedangkan menurut Immanuel Kant, pengetahuan merupakan persatuan antara budi
dan pengalaman, dan teori Phyroo mengatakan , bahwa tidak ada kepastian dalam
pengetahuan. Dari berbagai pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber
pengetahuan merupakan ide, kenyataan, kegiatan akal budi, pengetahuan, sintesis
budi atau meragukan karena tidak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang
pasti.
Ilmu pengetahuan sekarang
menghadapi kenyataan kemiskinan, yang pada hakekatnya tidak dapat melepaskan
diri dari kaitannya dengan ilmu ekonomi karena kemiskinan merupakan persoalan
ekonomi yang paling elementer, dimana kekurangan dapat menjurus kepada
kematian. Dipihak lain ekonomi sekarang berada pada puncak kegemilangan
intelektual, banyak menggunakan penilaian matematis dan usaha pembuatan model
matematis yang merupakan usaha yang amat makmur. Dalam hal ini tentu ekonomi
perlu manyajikan analisis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dengan
bermacam-macam kadar asumsinya, karena apabila bertentangan dengan nilai-nilai
atau etika yang hidup dalam masyarakat akan memberi kesan sebagai suatu ilmu
yang mengajarkan keserakahan.
Maka sebagaigantinya dapat
disodorkan apa yang disebut dengan ekonomika etik (Prof. Dr. Ace Partadiredja,
“Ekonomi Etik”, pada pengukuran Guru Besar Fakultas Ekonomi Gajah Mada, Yogya,
1981)
TEKNOLOGI
Dalam konsep yang pragmatis
dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai suatu seni yang mengandung pengertian
berhubungan dengan proses produksi, menyangkut bagaimana berbagai sumber,
tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi
tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan
biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutamateknologi
sosial pembangunan sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk
mencapai setiap tujuan insani.” (Eugene Stanly, 1970).
Teknologi telah menjadi kebutuhan dunia
Teknologi merupakan perkembangan
suatu media / alat yang dapat digunakan dengan lebih efisien guna memproses
serta mengendalikan suatu masalah.
Teknologi adalah satu ciri yang
mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi
keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan
erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain,
teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia
nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang,
tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.
Ciri – Ciri Fenomena Teknik Pada Masyarakat, yaitu :
© Rasionalistas,
artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional.
© Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
© Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis.
Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi
kegiatan teknis.
© Teknik
berkembang pada suatu kebudayaan.
© Monisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
© Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan.
© Otonomi artinya
teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
ILMU PENGETAHUAN
TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu Pengetahuan, yaitu sesuatu
yang secara teratur diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan
sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif serta
memiliki arti atau makna tersendiri bagi penerimanya.
Teknologi, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan proses
produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja
dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.
Nilai, yaitu sesuatu yang memiliki harga, menunjukkan
kualitas.
KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana
terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh 3 (tiga)
hal, yaitu :
1. Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
2. Posisi
manusia dalam lingkungan sekitar.
3. Kebutuhan
objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Dasar ukuran yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki
ciri-ciri, sebagai berikut :
1. Tidak memiliki
faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan.
2. Tidak memiliki
kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah
garapan atau modal usaha.
3. Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar, karena harus
membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.
4. Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self employed) berusaha apa saja.
5. Banyak yang
hidup di kota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikategorikan
kedalam 3 (tiga) unsur :
a. Kemiskinan
yang disebabkanhandicap badaniah ataupun mental seseorang;
b. Kemiskinan
yang disebabkan oleh bencana alam, dan;
c. Kemiskinan
buatan (buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan struktural
: struktur ekonomi, politik, sosial, maupun kultur).
Sumber :
MKDU ILMU SOSIAL DASAR oleh Harwantiyoko, Neltje F. Katuuk,
Jakarta 1997
http://veny-tioanah.blogspot.co.id/2011/11/ilmu-sosial-dasar-bab-9.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar